Sabtu, 11 Januari 2014

Masakan: Lemang


Lemang merupakan makanan atau panganan khas dari suku dayak didaerah Kalimantan yang berbahan dasar beras ketan di campur dengan santan kelapa kemudian dimasak dengan menggunakan bambu. Bagi suku Dayak, lemang dijadikan sebagai makanan untuk pesta adat mereka. Sedangkan suku Melayu, lemang juga disajikan sebagai makanan pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Cara penyajian serta cara mengkonsumsi lemang juga berbeda untuk setiap daerah. Ada yang mengkonsumsi lemang dengan tambahan selai serikaya atau selai-selai manis lainnya. Ada juga yang mengkonsumsi lemang dengan rendang serta lauk pauk lainnya. Cara membuat lemang sangatlah mudah.

Bahan :

1. 1 kg beras ketan.
2. 1 litter santan kelapa.
3. 1 sdt garam halus.
4. 1 tangkai daun pisang (ambil daunnya saja).
5. 2 batang buluh bambu (bersihkan bagian dalam dari buluh bambu tersebut).

Cara membuat :

Mula-mula cuci beras ketan terlebih dahulu kemudian tiriskan. Selanjutnya, tambahkan santan kelapa bersama garam kedalam beras ketan yang telah dicuci tadi.
Setelah itu, siapkan bambu lalu lapisi bagian pinggiran dalam bambu dengan daun pisang kemudian tuangkan beras ketan yang telah diberi santan tadi sebanyak ¾ dari bagian bambu, lalu tutupi bagian atas bambu dengan daun pisang.
Terakhir, Siapkan api lalu bakar bambu yang sudah berisi beras ketan hingga matang. Setelah lemang matang, keluarkan lemang dari bambu kemudian potong-potong lalu sajikan.

Selamat mencoba

Jumat, 10 Januari 2014

Selamat Jalan Dompetku Sayang


Selasa malam, hari kedelapan di bulan Nopember aku terbangun dari mimpi indahku di Bus Harapan Baru, AG 7046 UY. Reflek, tangan kananku meraba saku belakang celanaku yang tenyata udah robek dibedah copet.
“Celanaku berlubang, dompetku hilang” teriakku tanpa sadar.
“Itu orangnya berdiri di depan”, kata seorang lelaki di kananku.
“Ini dia pahlawanku” pikirku saat itu. Aku beranjak ke depan.
“Yang mana pak?”, tanyaku.
“Gak ada, aku gak tahu” jawabnya. Aku kembali ke belakang. Sejenak aku terkesima. Sepertinya dia laki-laki sejati, pejantan tangguh, badannya tinggi besar, tapi pengecutnya kagak ketulungan.
“Pak, celanaku berlubang, dompetku hilang”, curhatku kepada kenek di pintu depan.
“Gak tahu pak, aku selalu di depan” jawabnya.
Tak ada yang mau peduli. Sopir terus mengemudi, kenek tetap teriak-teriak , kondektur tak terlihat wira-wiri, penumpang apalagi, banyak yang pura-pura tidur dan asik dengan lamunannya sendiri. Tidak ada usaha kru bus untuk menyalakan lampu, berhenti di halaman kantor polisi, atau jauh sebelum copet beraksi mengingatkan para penumpang untuk berhati-hati. Aku yakin, kru bus, kereta api atau angkutan umum yang lain paham mana yang benar-benar penumpang atau yang mau cari makan. Sebentar lagi hari pahlawan, tapi itu hanya peringatan. Kini, rasanya tak mudah menemukan pahlawan sejati di negeri tercinta ini.
Aku tenangkan pikiran, aku baca istighfar. Ampuni aku Yaa Allah, semua ini terjadi tentu atas ijin-Mu. Ampuni aku yang telah “maido” hamba-hamba ciptaan-Mu. Hamba sadar Yaa Allah semua ini terjadi karena salah dan dosaku.
“Semua musibah yang menimpamu adalah akibat dari tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian kesalahan-kesalahanmu…” (QS Asy Syuro 30).
“Beri hamba kekuatan Yaa Allah, agar mampu menebus dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan. Hanya kepada-Mu Yaa Allah kami menyembah… dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan”.
Setelah aku renungkan, rasanya kru bus dan para penumpang adalah pahlawan bagi keluarganya. Apalah artinya dompetku yang cuma berisi Rp 150.000,00, SIM, STNK, KTP, karcis parkir, 2 ATM dan beberapa lembar kertas berisi catatan, dibanding rasa aman mereka dari kebrutalan atau balas dendam para begundal.
Mungkin aja para copet maupun begundal juga pahlawan bagi keluarganya, atau paling tidak pahlawan bagi dirinya sendiri.
Untuk Harapan baru AG 7046 UY, “Lu benal-benal halapan balu, bagi pala copet cepelti meleka itu… hu.. hu… hu…”
Selamat jalan dompetku sayang, rasanya sangat tipis harapan, kau akan kembali pulang. Semoga semua salah dan dosamu diampuni... semua amal baikmu diterima.... Amiin...

Debat Kusir


"Kalo lu emang pinter, ayo debat ama gue kalo berani..." begitu tantang seseorang yang kerjanya menjelek-jelekkan umat Islam di internet kepadaku.
"Udah jelas antara yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil... kenapa mesti debat...." jawabku.
"Gak usah banyak omong, coba tunjukin bukti secara ilmiah bahwa nabi muhammad benar-benar pernah membelah bulan, kalo lu emang pinter..." katanya lagi.
Aku gak kaget, gayanya memang gitu, suka manas-manasi.
"Coba aja datang ke bulan... tentu akan lu temui sambungan bekas belahannya" jawabku santai. Toh mau debat, diskusi atau apapun istilahnya, tujuan dia cuma satu, mencari kelemahan lawan (umat islam) untuk diolok-olok..
Dia ngeloyor pergi, kayaknya ganti nama dan ngolok-olok umat Islam lagi ... Kerjanya emang begitu, mungkin aja dia makan juga dari situ ...

Rabu, 08 Januari 2014

Puisi: Lilin Kecil


Aku hanya sebatang lilin kecil
Redup, tanpa kilau
Sederhana, bersahaja, apa adanya
Jauh beda dengan para pecintamu
Namun kan kucoba terangi jalanmu
Meski kadang ku tak tahu arah tujuanmu
Kan kucoba hangatkan jiwamu
Hingga akhir hayatku

Emansipasi Wanita

Antara Emansipasi wanita dan kodrat ke-wanitaan :
Emansipasi bagi Kartini ditandai semakin menjauhnya kebodohan dari wanita. Tapi yang ditangkap oleh kebanyakan wanita zaman sekarang adalah bagaimana menyamakan kedudukannya dengan laki-laki. Padahal baik wanita maupun pria, sudah memiliki kemulian tersendiri oleh Allah. Maka jadilah wanita yang sesuai dengan fitrohnya.Wanita-pun punya hak untuk berpendidikan tinggi dan lantas kembali ke rumahnya untuk mendidik dan melahirkan generasi yang shalih yang kelak berpendidikan tinggi juga. Jauh sebelum Kartini lahir, Siti Khadijah telah menjadi seorang wanita karir yang sukses dan terhormat, namun sebagai seorang Isteri beliau adalah seorang isteri yang patuh terhadap suami tidak banyak menuntut, juga beliau adalah seorang ibu dan guru yang hebat bagi puteri dan golongannya.

Cerita Pendek: Hadiah Ulang Tahun


Pukul 3 siang. Tenda-tenda peserta Kemah Bakti Saka Wanabakti di Cemorolawang, tepian gunung Bromo sudah berjajar rapi. Kulihat teman-teman mulai berdatangan di lapangan upacara.
Di depan, kulihat Gunung Bromo mengepulkan asap dengan santainya. Jadi teringat pak yanto, salah seorang dosen aku yang terus-menerus mengepulkan asap rokok saat mengajar.
“Merokok dapat merusak kesehatan”, kata beliau suatu saat sebelum mulai perkuliahan.
“Merokok dapat mengurangi usia”, kata beliau pada kesempatan berikutnya.
“Merokok dapat menyebabkan kanker”, kata beliau pada kesempatan lain.
“Merokok dapat mengakibatkan begini, dapat menyebabkan begitu”, kata beliau pada pertemuan yang lain. Serunya, beliau menyampaikan betapa bahayanya akibat merokok sambil sedat-sedut menghisap rokoknya.
“Bronx, awakmu engkok bengi ulang tahun yo…” (Bronx, kamu nanti malam ulang tahun ya..), suara kang Sumo memporakporandakan lamunanku.
Namaku sebenarnya bukan itu, namun teman-teman lebih suka memanggilku kak De Bronk. Waktu itu memang lagi ramai-ramainya film Escape from The Bronx dari Itali yang dibintangi oleh Mark Gregory. Teman lain tentu saja juga punya alias: kang Sumo, Giyah, Pariyem, Giyo, Cak Ri, Blek, Gentong, Sukram, Catam, Carly, dll.
“Ulang tahunku 18 Juni kang dudu 24 Maret”, jawabku.
“Dijokno engkok bengi ae, iki hadiahe”, (diajukan nanti malam aja, ini hadiahnya) kata kang Sumo sambil menyodorkan uang 300 perak.
Saat itu, 300 perak masih bisa untuk nonton bioskop Kelud dua kali, itupun masih ada kembalian 50 perak, atau untuk naik bemo dua kali, juga ada kembalian 50 perak, atau satu piring nasi campur bonus teh anget.
“Okelah kalo begitu”, jawabku pasrah.
Upacara pembukaan pun dimulai, aku jadi pemimpin upacara.

*******************************************************
Malamnya, sebelum materi tentang “Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” dimulai, kang Suma memulai rencananya.
“ Tadi salah seorang warga jalan Muntilan ada yang lapor, sebelum berangkat ke sini, ada di antara kalian yang mencuri mangga di depan rumahnya”, suara kang Sumo membungkam omongan peserta yang udah ngumpul di aula.
“Sebelum saya tunjuk, silakan maju ke depan!”, lanjutnya. Nadanya kian menggelegar.
Tentu saja gak ada yang maju, lha memang gak ada yang nyuri mangga.
“Bronx, sini kamu!!”, teriak kang Sumo.
“Kenapa kamu tidak maju dari tadi?!”, teriaknya lagi.
“Siap, bukan saya pencurinya”, jawabku lantang.
“Tolong ambilkan cariernya De Bronx”, pinta kang Sumo pada salah seorang anak buahku.
 “Bongkar dan keluarkan semua isinya”, lanjutnya, setelah carierku tiba.
Jadi ingat iklan Top kopi, “Bongkar kebiasaan lama…”.
Gila, ada 3 buah mangga masak pohon yang sembunyi di antara barang barang pribadiku.
“Ini mangga siapa!!!”, kang Sumo teriak lagi.
“Siap, tidak tahu!!!!, teriakku lebih keras dari kang Sumo.
“Bohong, mana ada maling ngaku!!!!!”, teriak kang Sumo lebih keras lagi.
“Kamu telah mencoreng nama baik pramuka. Pulang kamu sekarang!!!”, kang Sumo melanjutkan.
“Siap, tidak mau, aku tidak mencuri mangga!!!!!”, aku menentang perintahnya. 
Malam-malam begini, pulang sendiri sama saja dengan cari mati.
“Seret dan paksa dia keluar!!!!!”, teriak kang Sumo. Suaranya menggelegar, kulihat matanya membara menahan amarah.
Beberapa anak laki-laki, salah satunya anak buahku menyeret aku dengan paksa.
“Anak buahku jangan ikut-ikut”, teriakku.
“Gak peduli. Ketua gak genah emang perlu dieret-eret”, jawab anak buahku tadi.
 Sesampainya di halaman depan, aku menjatuhkan diri, pura-pura pingsan. Kudengar teriakan kaget peserta. Aku digotong rame-rame ke kantor sebelah.
Pak Bagyo dan pak Gatot, pegawai perhutani Probolinggo yang akan menyampaikan materi, menawariku kopi anget. Asyik pikirku.
Di aula sayup-sayup terdengar lagu selamat ulang tahun. Aku, pak Bagyo, pak Gatot, dan teman-teman yang tadi menggotongku dan sempat misuh-misuh begitu tahu acara tadi bohongan, kembali ke aula. Kulihat ada 4 atau 5 anggota perempuan masih mingseg-mingseg habis menangis.
Semua yang hadir di aula menyalamiku.
“Selamat Ulang Tahun kak Bronx”.
***************************************************
Turun dari Bromo, aku sengaja mengambil jalan berbeda dengan rombongan. Kadang menanjak, menurun, beberapa pohon edelwis dan rumput liar aku lewati dengan riang gembira. Seorang perempuan cantik, putih, manis, rambut dikepang dua, yang tadi malam menangis, mengikuti setiap langkahku. Aku berlari kecil, dia juga begitu. Aku jalan perlahan, diapun begitu. Aku menatapnya, diapun menatapku.
“Inikah hadiah ulang tahun untukku?”, “Inikah calon pendampingku?”, “Inikah…..?”, “Inikah…..?”.
Aku tak tahu. Aku tak peduli. Kami terus berlari, berlari dan berlari, bagai sepasang merpati, yang tak pernah ingkar janji.

Mudik Yok..



Insyaallah 25 Desember 2012 hingga 1 Januari 2013 kami berempat: aku, istri, dan kedua yunior kami akan mudik ke Banyuwangi, nyambangi orang tua dan keluarga besar di sana.  
Mudik kali ini amat sangat tidak seru bila dibanding mudik-mudik  sebelumnya. (http://khoirulmu.blogspot.com/2010/09/mudik-mudik.html). Kami gak lagi “nyegat “ kereta api dari Banyuwangi di stasiun Lawang agar kebagian tempat duduk saat berangkat ke Banyuwangi. Pulangnya juga gak lagi harus “nginap”  di stasun Banyuwangi Baru dengan harapan yang sama, dapat tempat duduk di kereta. Kedua yunior kami juga gak perlu “mbrebes mili” seperti mudik lebaran September 2011, udah terlanjur nginap di stasiun Banyuwangi Baru, paginya gak kebagian tiket menuju Malang. Benar-benar seru.
Saat ini tiket Kereta api Tawang Alun Malang – Banyuwangi pergi pulang udah ada di tangan. Dijamin dapat tempat duduk, masuk gerbong tidak lagi berdesakan seperti dulu. Tak ada lagi penumpang berdesakan, tak ada lagi penumpang yang duduk di sepanjang lorong gerbong hingga menyulitkan kondektur memeriksa tiket penumpang, tak ada lagi penumpang yang naik di atas kereta, dan tentu saja tak ada lagi penumpang yang semula nunut kemudian seakan berusaha mengusir kita dari tempat duduk yang kita peroleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Benar-benar gak seru.
Meski mudik gak seru, rasanya gak pantas jika aku misuh-misuh pada pak Ignasius Jonan (Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia) dan pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN). Justru sebaliknya aku dan tentunya ribuan atau bahkan jutaan pengguna kereta api mesti berterima kasih pada beliau berdua, yang telah membongkar kebiasaan lama perkeretaapian Indonesia. Tangan dingin mereka mereka berdua, telah mengubah paradigma lama kereta api yang murah dan murahan menjadi kereta api yang tetap murah tetapi tidak lagi murahan. Lagu Iwan Fals pun kini rasanya tinggal jadi kenangan, yang seakan tak pernah terjadi di negeri tercinta, Indonesia.
“Sampai stasiun kereta pukul setengan dua
Duduk aku menunggu Tanya loket dan penjaga,
kereta tiba pukul berapa?
Biasanya kereta terlambat dua jam cerita lama
Busyet…”
       Selamat menikmati libur panjang. Semoga liburan panjenengan semua berkesan dan menyegarkan, hingga bisa menyambut datangnya 2013 dengan jiwa dan semangat baru, membawa angin segar perubahan. Bongkar kebiasaan lama, saatnya kota Malang lebih baik. (maaf bukan kampanye ataupun promosi, he.. he..).

DIABET PADA KAKI HARUSKAH DIAMPUTASI?

                  Amputasi adalah salah satu pilihan tata laksana pada kasus kaki diabetes. Namun, keputusan untuk melakukan amputasi tidak ...